skip to main |
skip to sidebar
Lapangan sepak bola tiba-tiba dipenuhi oleh banyak mahasiswa baru. Mereka diharuskan untuk mengikuti tradisi mahsiswa sebelum mulai melaksanakan kegiatan belajar. Tradisi yang dimaksud adalah ospek atau orientasi dan pengenalan bagi para mahasiswa yang baru masuk. Laki-laki dan perempuan tidak terkecuali.memakai pakaian yang seragam hitam dan putih. Sedangkan para panitia tidak semuanya memakai pakaian yang seragam.
Ospek mahasiswa baru kali ini dinamakan opak. Opak yang dimaksud adalah orientasi pengenalan akademik yang diselenggarakan oleh universitas bagi mahasiswa yang hendak masuk perguruan tinggi. Opak UIN Bandung kali ini diikuti oleh lebih 3 ribu mahasiswa baru dari berbagai daerah dan sekolah.
Opak diselenggarakan tiga hari berturut-turut dari mulai tanggal 8 sampai 11 dan bertempatkan di lapangan bola UIN Bandung. Kegiatan yang biasanya dilaksanakan di Aula, kini di adakan di lapangan sepak bola. Apa yang menjadi peyebab kegiatan ini diselenggarakan dilapang bola?. Ada yang berkomentar bahwa hal ini adalah permintaan dari para dekan. Namun apa hubungannya opak sama dekan ketika organisasi kepanitiaan telah terbentuk.
Perpindahan tempat dari aula ke lapangan sepak bola mengakibatkan suasana yang tidak kondusif. Pasalnya, lapangan sepak bola sangat berdekatan dengan warga dan melihat cuaca yang begitu panas dengan angin yang cukup besar. Hal ini menjadikan opak yang seharusnya mendapat kenyamanan dan keamanan berubah menjadai kegersangan dan kelelahan. Kendati demikian peserta yang merupakan mahasiswa baru tetap bertahan mengikuti acara di hari pertamanya opak. Kegiatan selesai sampai sore hari yang diakhiri dengan mentoring.
Hari kedua Opak adalah yang diharapkan oleh para peserta. Pasalnya pada hari kedua tersebut akan dibagikan fasilitas yang berupa kaos, almamater dan buku panduan. Namun kenyataannya tidak demikian, fasilitas yang dibagikan tidak dirasakan oleh semua mahasiswa.
Hal yang terjadi dalam peristiwa Opak kemarin menurut hemat saya di sebabkan oleh dua faktor. Yaitu eksternal dan internal. Kedua hal ini banyak mengalami kesalah dan kecacatan dalam menjalankannya. Faktor internal merupakan struktur didalam organisasi kepanitian opak. Kepanitiaan opak mengalami kelalaian dalam hal; memilih perangkat kepanitiaan, struktur yang kurang fungsional serta pengalaman yang kurang memadai. Kendati opak kali ini dipegang oleh organ ekstra yang telah lama eksis, namun tidak dibarengi dengan pengalaman yang memadai.
Penyebab yang kedua adalah faktor eksternal. Faktor yang dimaksud adalah diluar struktur keorganisasian. Kelailaian dalam faktor ini meliputi kordinasi antara struktur dan pengelolaan tender (baca; penyediaan fasilitas). Hal demikian bisa terlihat dalam keributan yang dialami panitia dengan warga masyarakat sekitar kampus atau longgarnya kepanitiaan sehingga warga yang mengatasnamakan karang taruna masuk begitu saja kedalam kegiatan acara. Selain itu pengelolaan tender menjadi hal yang sensitif dari keberlangsungan acara opak, sehingga menimbulkan konflik dari berbagai kalangan dan struktur. Hal demikian bisa terlihat dari tidak meratanya pembagian kaos dan buku.
Opak kali ini bisa dikatakan sebgai periode kepengurusan opak yang memalukan dan memprihatinkan. Akibatnya para peserta yang merupakan mahasiswa baru menjadi korban. Biaya yang dipungut sebesar 175rb perorang tidak memberikan hasil apa-apa selain kekecewaan dan kelelahan. Mudah-mudahan hal tersebut menjadi pelajaran bagi kita semua, terlepas dari organ ekstra mana mereka berada, untuk urusan kampus kita semua ikut bertanggung jawab.
0 komentar:
Posting Komentar