Senin, 09 April 2012

Tan Malaka : Islam Dalam Tinjauan Madilog


Kata Pembuka
Telah lebih dari setahun lamanya kopi ini tesimpan dalam almari, karena terhalang oleh kesukaran kertas, apalagi mengingat tebalnya lebih kurang 200 halaman dari kertas ukuran besar serta ditek dengan mesin tulis Hermes baby, dan kalau dijadikan buku menurut ukuran yang sekarang ini, mungkin mencapai 500 halaman, sedang niat hendak menerbitkan sekaligus.
Nasehat tuan HAJI ILJAS JACOB-lah yang membuka perhatian untuk menerbitkan dengan jalan beransur-ansur ini.
MADILOG, berasal dan melalui jembatan keledai, yaitu MA terialisme, DI alektika, LOG-ika !
"Saya tidak menyangka akan sampai begitu dalam dan luas pengetahuan TAN MALAKA, sehingga saya sebagai Jurist dipimpinnya pula ke lapangan filsafat hukum, lebih berisi dan lanjut dari pada yang saya pelajari di sekolah hakim", demikian ucapnya seorang Akademisi yang jujur setelah membaca kopi Madilog !
Penerbitan ini akan diusahakan supaya tiap tanggal 2 dan 17 setiap bulan buku setebal ini akan mengunjungi pembacanya. Moga-moga kami dapat memenuhi niat yang suci ini.
P E N E R B I T
Bukit Tinggi 17 Juli 1948

I s l a m
Sumber yang saya peroleh buat Agama Islam, inilah yang hidup. Seperti saya sudah lintaskan lebih dahulu dalam buku ini, saya lahir dalam keluarga Islam yang taat. Pada ketika sejarahnya Islam buat bangsa Indonesia masih boleh dikatakan pagi, diantara keluarga tadi sudah lahir seorang Alim Ulama, yang sampai sekarang dianggap keramat! Ibu Bapa saya keduanya taat dan orang takut kepada Allah dan jalankan sabda Nabi.
Saya saksikan ibu saya sakit menentang malaikat maut menyebut "Djuz Yasin" berkali-kali dan sebagian besar dari AL-Qur’an, diluar kepala. Orang kabarkan bapak saya didapati pingsan setelah badannya dalam air. Dia mau menjawat air sembahyang, sedang menjalankan terikat, setelah bangun sadar, dia bilang dia berjumpa dengan saya yang pada waktu itu di negeri Belanda. Masih kecil sekali saya sudah bisa tafsirkan Al-Qur’an, dan dijadikan guru muda. Sang Ibu menceritakan Adam dan Hawa dan Nabi Yusuf. Tiada acap diceritakannya pemuka, piatu Muhammad bin Abdullah, entah karena apa, mata saya terus basah mendengarnya. Bahasa Arab terus sampai sekarang saya anggap sempurna, kaya, merdu jitu dan mulia.
Pengaruhnya pada bahasa Indonesia pada zaman lampau bukan sedikit. Cangkokan bahasa Arab pada bahasa Indonesia baik diteruskan, karena lebih cocok pada lidah kita, asal betul-betul mengadakan pengertian baru, yang tiada terbentuk pada kata Indonesia umum atau lokal, seperti perkataan akal, fikir dsb. Saya sendiri tiada sempat meneruskan pelajaran bahasa Arab yang saya pelajari berpuluh tahun yang silam dengan cara surau yang sederhana itu tentulah sekarang sudah melayang sama sekali. Tetapi semua perhubungan dengan Islam dan Arab dahulu di Eropa, pasti mengambil perhatian saya. Dengan mengikat pinggang lebih erat, saya ketika di Negeri Belanda membeli sejarah dunia berjilid-jilid salinan bahasa Jerman ke Belanda, karena di dalamnya ada sejarah Islam dan Arab dituliskan degan lebih sempurna dari yang sudah-sudah.

Kamis, 05 April 2012

METODE SEJARAH IBNU KHALDUN: SUATU PRAGMEN MUKADDIMAH IBNU KHALDUN

PENDAHULUAN
Dari sekian banyak pemikir muslim nampaknya Ibnu Khaldun menjadi pelopor bagi perkembangan ilmu sejarah baik dari segi metode ataupun kritiknya terhadap karya-karya sejarah sebelumnya. Sejarah sebagai suatu disiplin ilmu menjadi nampak berkembang berkat jasa Ibnu Khaldun. Hal tersebut berimplikasi khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan keislaman dan juga umumnya merupakan sumbangsih keilmuan secara luas. Karena diakui atau tidak karya-karya Ibnu Khaldun dijadikan rujukan oleh para ilmuan barat (orientalis). Semisal sejarawan Arnold Toynbee, yang menyatakan bahwa “Ibnu Khaldun, dalam Muqaddimah yang menguraikan tentang sejarah umum, telah menciptakan dan menyusun filsafat sejarah yang tidak syak lagi merupakan hasil karya terbesar dalam ilmu yang pernah diciptakan oleh otak manusia dalam ruang dan waktu manapun”[1].
Asumsi yang melekang kuat dalam benak masyarakat muslim selama berabad-abad adalah selepas runtuhnya Baghdad karena serangan bangsa Mongol, peradaban Islam menjadi mundur dan hancur. Peradaban Islam, baik di Timur maupun Barat, bergerak turun menuju titik nadir. Cerita kegemilangan dan optimisme sarjana raksasa Islam Klasik menguap. Berganti menjadi pesimisme dan glorifikasi atas tradisi dan warisan masa silam. Inovasi adalah sebuah kelangkaan. Sementara ketundukan dan kepasrahan adalah sikap yang dominan.
Banyak sejarawan sepakat dengan asumsi di atas. Bagi mereka, pasca keruntuhan Baghdad, peradaban Islam telah bangkrut dan gulung tikar. Yang tampil ke permukaan adalah sekadar pengulangan; tanpa berhasil menjelitkan nuansa baru. Budaya komentar (syarh), penjelasan (hasyiyah), ringkasan (talkhis) dan membuat syair (nudhum) adalah lebih dari sekadar bukti untuk meneguhkan tesis kemunduran dan kebangkrutan peradaban Islam.

Selasa, 03 April 2012

Gadis Penjual Koreka Api

Pada zaman dahulu kala, kira-kira akhir abad ke duapuluh, di sebuah negeri di eropa timur hiduplah seorang gadis penjual korek api. Gadis itu sedang mencari uang untuk mengobati ibunya yang sakit-sakitan. Berhari-hari dia mengumpulkan uang, tapi uang tak pernah cukup untuk rumah sakit. Tidak ada yang pernah cukup bagi orang miskin, bahkan untuk memberi ibunya sekerat roti pun kesusahan.
Terus dan terus, berbulan-bulan dia bekerja. Dan bekerja. Dan bekerja. Dan bekerja. Dan bekerja. Dan bekerja. Dan bekerja lebih banyak dari tulisan bekerja yang ada di karangan ini. Hingga hadir bulan Desember. Salju turun, anak-anak begitu gembira. White Cristmast kata orang-orang.

APRIL MOP BISA BIKIN MAKAR!!!!!!

Ketika penjilat lebih hebat dalam soal mempengaruhi kebijakan , demi suatu kepentingan untuk menutupi keboborokan dengan kedok kebaikan ekonomi kedodoran, rakyat miskin menjadi sebuah komoditas seonggok manusia dengan otak rendahan yang langsung puas disuapi uang bantuan, bantuan yang tak lebih dari ajang memamerkan ketidakbecusan
Berkacalah pada kekuatan Sembilan delapan saat kebohongan sudah kehilangan kemampuan meninabobokan intelektual, perlahan rasa lapar kesal menjadisangat radikal mahal tak terba
yar chaos bergelegar sekalipun kalian para penjilat mengintrusikn serdaru mengokang senapan didepan tenggorakan.
Suara-suara yang berkobar tak pernah menjadi suatu misbah yang kalah lalu menengadah untuk pulang dengan pelan langkah, maka barang siapa yang berani pekikan revolusi ditengah kerumunan merekalah yang akan bersalah dan dihadiahi hantaman mentah. April mop jadi lelucon yang bakal monoton, ketika kalian permainkan penonton yang cemas mengharapkan hidup dengan gugup.


MAPATI

Jumat, 28 Oktober 2011

Surat Untuk Kamu Perempuanku

Surat ini ku tulis di bawah temaram lampu kamarku yang hanya 5 watt, sehingga cahaya keemasannya mirip dengan guratan senja yang mulai ditinggalkan sang surya, redup sinarnya tidak cukup untuk menerangi ranjangku tempat dimana saat ini aku menulis surat ini untuk mu dan sambil memikirkan sedang apa dirimu disana?

Jam di dinding kamarku menunjukkan waktu pukul 23.15. WIB. Wahai perempuanku sedang apakah dirimu? Sedang bergadangkah dirimu sama seperti diriku yang sedang dimabuk oleh cintamu? Atau sedang minum kopi kah dirimu, sambil menikmati channel TV yang menyiarkan sinetron kesukaan mu? Atau mungkin engkau telah terkapar di atas ranjang empuk di kamarmu sambil menikmati dinginnya hembusan angin yang bertiup malam ini dan mengantarmu menuju alam bawah sadarmu yang begitu indah, dan tiada seorangpun yang bisa mengekangmu seperti cerita yang selalu kau dongengkan untukku sesaat setelah kau terbangun dari mimpimu.
Perempuanku, hari ini teramat banyak peistiwa yang terjadi, tapi entah mengapa aku selalu teringat akan wajahmu, senyum lembut yang menghias bibirmu, yang nyaris tak pernah ku temui pada wanita lainnya. Hari ini sebelum aku berangkat pulang menuju kota kelahiranku, aku melihat banyak sekali orang lalu-lalang, kendaraan berseliweran di jalan, tapi entah mengapa tak kutemui engkau disana, ku tunggu engkau perempuanku, satu, dua, bahkan hingga enam jam aku menunggumu namun sosokmu tak kunjung muncul d sela-sela kerumunan manusia yang entah sibuk apa, dan lalu-lalang entah mau kemana? Apakah sebegitu sibuknya mereka, sebegitu penting pulakah kepentingan mereka? Apakah kepentingan mereka terlampau penting dari kepentinganku sendiri? Ah, perempuanku mungkin saja kepentingan mereka sangat mendesak dan terlampau sulit untuk ku mengerti, namun apakah aku salah jika menganggap menantimu adalah kepentingan terbesar di dunia ini?
Aku boleh saja berharap, toh harapanku tak akan merugikan kepentingan mereka sebagai manusia. Tapi perempuanku, timbul pertanyaanku untukmu, jika mereka menganggap kita semua sebagai manusia-manusia kerdil yang tidak beradab, mau dibilang apa mereka itu semua, manusia yang tega membunuh bahkan memakan sesama, apakah manusia memang serigala bagi sesamanya sama seperti apa yang dikatakan Hobbes? mereka semua tega menipu dan memperkosa sesama, tega menghujat dan menghasut sesama, setan saja kelakuannya tidak lebih parah dari mereka yang mengaku sebagai manusia-manusia sempurna. Perempuanku, coba saja kau bayangkan mana ada setan yang membunuh, menipu, memperkosa, menghujat dan menghasut sesamanya? lalu jika kelakuan mereka sudah lebih bejat dari kelakuan setan, setan mau kerja apa dong? ataukah para setan harus alih profesi lain? jawablah perempuanku. 

Jika ditanya mengapa mereka berbuat demikian, selalu saja jawabannya karena bisikan setan, toh setan hanya berbisik kan perempuanku, yang melakukan itu semua tetap saja mereka, kalau saja mereka tidak mendengarkan bisikan setan tentu setanpun takkan mampu melakukan itu semua. Ah perempuanku, terlalu banyak hal untuk diceritakan padamu hanya lewat sepenggal surat ini, mungkin dilain waktu aku akan kembali menyapamu lewat surat-suratku yang lainnya, kantuk kini telah menyerangku yang memaksaku untuk segera memejamkan mata ini.
Perempuanku, ku tunggu kau esok pagi di pendopo hati ini, mari kita berbagi cerita cinta yang mungkin orang lain tak mau mendengarnya.Perempuanku, aku sayang kamu.

Bandung, 15 September 2011.

11.23 Waktu Jam dindingku

Sadek Sadikin

Kamis, 06 Oktober 2011

Cari Untung di Kampus




Mata-mata para pencari bakat mulai berkeliaran di kampus. Mereka adalah agen yang cukup lihai dalam melihat situasi kerumunan mahasiswa. Membawa misi messiah dari titah para ketua cabang untuk menyebarkan ajaran organisasinya dan yang utama menggiring mahasiswa masuk dalam kelompoknya. Kemampuan komunikasi yang di atas rata-rata melebihi gaya berkomunikasi para sales  kompor gas menjadikan mereka makin percaya diri dalam menawarkan organisasinya tak lupa iming-iming spektakuler pun menjadi senjata andalan sebagai bumbu penyedap rekruitmen. Semangat pantang menyerah menjadikan mereka orang yang gigih dalam memenangkan pertempuran sebab eksistensi organisasi ditentukan oleh masa yang membludak dan memang ini menjadi modal utama agar organisasinya tetap menjadi nomor satu dalam birokrasi kampus.

Bak kalajengking yang banyak muncul di musim hujan. Momentum penerimaan mahasiswa baru dan tahun ajaran baru di kampus menjadi ajang dakwah besar-besaran dalam rangka mengajak mahasiswa menjadi pengikutnya. Seperti halnya kalajengking yang memiliki sengatan bisa di ujung ekor sebagai senjata. Iming-iming seperti mudah mendapat beasiswa, dekat dengan dosen, mendapat perlakuan istimewa dari TU atau fakultas dan mudah mendapat kursi job di departemen. Mereka berdalih orang-orang yang bekerja di administrasi kampus dan departemen tertentu adalah jebolan oraganisasinya alias alumni pantas saja jika sentimen identitas kelompok yang diutamakan─oligarki. Siapapun yang mendengarkan tawaran menjanjikan ini pasti kelimpungan dan mengiyakan untuk bergabung. Ini semacam bisa kalajengking yang paling mutakhir. Satu serangan akan melumpuhkan akal sehat sekelompok mahasiswa. Tak heran jika target utama adalah mahasiswa semester pertama pasalnya mereka polos belum banyak memahami situasi politik kampus juga semangat ingin tahu yang masih besar, dan keinginan untuk eksis dalam suatu kelompok. Sehingga mahasiswa baru bak bunga indah yang sedang mekar di taman siap dipanen. Kondisi ini sungguh dimanfaatkan baik oleh mereka yang memiliki kepentingan praktis.

Pemetaan organisasi di kampus terbagi dua. Organisasi internal kampus atau yang akrab dikenal UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) adalah organisasi yang diakui kampus sebagai sarana pengembangan minat dan bakat mahasiswa. Identifikasi organisasi ini tak begitu memainkan peran politis dalam arena birokrasi kampus semata sebagai penyaluran hobi saja. Dengan beragam pilihan dari yang berbau religius hingga yang berbau keringat tersedia (baca: UKM Olahraga, seperti UKM Liga, Voli, Basket, dan lain-lain). Selanjutnya organisasi ekternal kampus adalah organisasi luar yang tak dilegalkan kampus secara administratif tapi seperti membuka cabang di kampus. Organisasi ini banyak memainkan peran dalam menahkodai politik di kampus dari pemilihan ketua HMJ hingga pejabat universitas. Bahkan konflik antarmahasiswa kerap diwarnai oleh ego politik dari organisasi eksternal. Seolah ingin menunjukan bahwa politik harus diperjuangkan dengan segenap jiwa dan raga. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), HIMA (Himpunan Mahasiswa) Persis, HIMA (Himpunan Mahasiswa) PUI, dan sebagainya, adalah macam dari organisasi eksternal di kampus. Tapi peran HMI dan PMII yang paling menonjol di antara yang lain sebab selain memiliki jumlah masa yang banyak juga paling lihai dalam berpolitik di kampus.

Kamis, 15 September 2011

ADA APA DENGAN OPAK KEMARIN?

Lapangan sepak bola tiba-tiba dipenuhi oleh banyak mahasiswa baru. Mereka diharuskan untuk mengikuti tradisi mahsiswa sebelum mulai melaksanakan kegiatan belajar. Tradisi yang dimaksud adalah ospek atau orientasi dan pengenalan bagi para mahasiswa yang baru masuk. Laki-laki dan perempuan tidak terkecuali.memakai pakaian yang seragam hitam dan putih. Sedangkan para panitia tidak semuanya memakai pakaian yang seragam.
Ospek mahasiswa baru kali ini dinamakan opak. Opak yang dimaksud adalah orientasi pengenalan akademik yang diselenggarakan oleh universitas bagi mahasiswa yang hendak masuk perguruan tinggi. Opak UIN Bandung kali ini diikuti oleh lebih 3 ribu mahasiswa baru dari berbagai daerah dan sekolah.

Rabu, 14 September 2011

'Gak ada pulus, 'gak bisa Ngampus

Oleh : Yanuhardi*

Setiap tahun sekali kampus menyelenggarakan ritual penerimaan mahasiswa baru. Dari ujung desa hingga kota calon mahasiswa berbondong-bondong membanjiri meja panitia penerimaan mahasiswa untuk mendaftarkan diri atau sekedar bertanya seputar prosedur pendaftaran. Calon mahasiswa bak ribuan lebah yang yang datang dari tiap penjuru menghampiri harumnya bunga gengsi kampus. Restu dan doa orang tua menjadi amunisi semangat untuk meraih cita-cita yang diidamkan. Bertaruh dengan apa yang mereka miliki dari cincin perkawinan kedua orang tua yang berharga hingga sepetak tanah peninggalan kakek buyutnya rela dijual demi menghidupi anaknya yang merantau menuntut ilmu di perguruan tinggi. Seringkali kita mendengar istilah dari para orang tua jika warisan yang paling berharga bukanlah harta melainkan ilmu, kata tersebut menjadi belati yang menancap dibenak pikiran anak-anak mereka yang kuliah. Walaupun tak banyak yang berkata demikian setidaknya para orang tua masih menaruh percaya jika perguruan tinggi dapat menyulap putra-putri mereka menjadi insan yang diharapkan mampu mengubah keadaan keluarga. Harapan besar ini menjadi bunga mimpi para orang tua.

Rabu, 07 September 2011

Teruntuk Mahasiswa Dari Petani


Kita berada di dunia yang sedang digenggam oleh mereka yang hendak menjadi sang tuankapitalisme. Sang tuan yang begitu culas terhadap mereka yang miskin bahkan jijik untuk dilihat. Para pejabat Negara bersimpuh untuk melayani sang tuan, dengan segala kebijakan yang dikeluarkan demi melayani sang tuan, yaitu dimudahkannya izin mendirikan perusahaan-perusahaan transnasional untuk mengeruk laba habis-habisan di negeri yang kaya ini. Politikus tak ketinggalan menjadi hamba sang kapital agar dirinya mendapat tunjangan dana kampanye hingga akhirnya terpilih jadi pejabat. Maka tak heran apabila terjadi simbiosis mutualisme yang menjijikan demi meraup kepentingan bersama. Kaum intelektual ikut-ikutan menjadi pembela apabila sang tuan melakukan kehilafan, ketika kebocoran pipa milik perusahaan Lapindo disinyalir sebagai akibat gempa bumi Yogyakarta dan diabsahkan dengan dalil ilmiah. Hingga akhirnya sang tuan bebas perkara dan berterima kasih atas kerja ilmiah kaum intelektual yang minus.
Miskin itu menyakitkan. Mereka yang tertindas atas keberadaan sang tuan cukup bersabar sebab potensi mereka telah diberangus oleh kebijakan sang tuan. Untuk pintar saja mereka harus mati-matian membiayai biaya sekolah yang mahal. Akses kesehatan yang seharusnya menjadi hak mereka malah dikomersialisasikan, istilah sakit itu mahal, memang jargon yang membanggakan di negeri ini, arti dari istilah itu menyiratkan kalau mau berobat ya harus bayar. Apalagi untuk bertahan hidup mereka menjadi sekumpulan spesies yang saling memakankanibal. Lihat saja seorang pemulung sampah rela membunuh rekannya sendiri karena perkara memperebutkan lahan sampah yang menjadi sumber mengais rezeki. Bukan persoalan moral mereka yang miskin melainkan mereka lapar. Konotasi menjijikan pun ditujukan kepada mereka, pedagang kaki lima yang kerap ada di tengah kota dianggap sebagai pengganggu ketertiban bahkan pembuat kumuh kota. Mereka yang terpaksa tinggal di bantaran kali dinggap sebagai pemukim liar. Ini kebijakan yang dibuat oleh para pejabat yang lebih setia kepada mereka yang memiliki modal, dan mereka yang miskin hanya dilihat sebagai sampah yang mesti disingkirkan dan dibakar (baca: kios-kios yang menolak relokasi maka pembakaran adalah alternatif yang manjur).

Untitled

Gerakan keagamaan muncul ketika konteks sosial sudah agak menyimpang dari yang semestinya, tanpa kendali. Gerakan ini berfungsi sebagai jalan atau penanganan terhadap problematika sosial. Hal ini, jika dibiarkan terus menerus maka akan mengikis semangat juang masyarakat yang memiliki karakteristik sosial yang telah disepakati (dalam kajian sosiologi agama). Dan masyarakat lokal sebagai salah satu bagiannya, memiliki peran sebagai pengendali di ranah sosial yang dinamis, baik itu di wilayah desa maupun kota.

HABITUS?

Kita tidak bisa menafikan bahwa bangsa ini sekarang tengah mengalami kehilangan karakter dan nilai-nilai kepribadiannya. Hampir setiap hari panca indera rakyat selalu disuguhkan aneka berita yang bak drama selalu mempertontonkan perebutan kekuasaan dan kekayaan. Motivasi sebagian besar parpol dan politisi sekarang telah berpindah haluan bukan lagi untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara serta mengabdi kepada rakyat akan tetapi semata-mata mengejar “fantasi politiknya”.
Dalam ranah birokrasi dan penegakan hukum (law enforcement), para birokrat dan aparat hukum di negeri ini telah terkotori oleh bermacam-macam ambisi, hasrat, serta syahwat politis yang bersifat pragmatis. Sehingga hampir semua lembaga negara baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif sudah terkontaminasi oleh tindak korupsi, yang menjadikannya tidak lagi konsisten dan loyal dalam memperjuangkan “perut rakyat” (kesejahteraan-red). Maka dari itulah menurut hemat saya diperlukan suatu kekuatan gerakan rakyat yang solid untuk memberangus kebobrokan tersebut.

Herbert Spencer: Sosiologi Evolusioner

Herbert Spencer (1820-1903) menganjurkan Teori Evolusi untuk menjelaskan perkembangan sosial. Logika argumen ini adalah bahwa masyarakat berevolusi dari bentuk yang lebih rendah (barbar) ke bentuk yang lebih tinggi (beradab). Ia berpendapat bahwa institusi sosial sebagaimana tumbuhan dan binatang, mampu beradaptasi terhadap lingkungan sosialnya. Dengan berlalunya generasi, anggota masyarakat yang mampu dan cerdas dapat bertahan. Dengan kata lain “yang kuat akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak kuat akhirnya akan punah”. Konsep ini diistilahkan dengan “survival of the fittest”. Ungkapan ini sering dikaitkan dengan model evolusi dari rekan sejamannya yaitu Charles Darwin. Oleh karena itu teori tentang evolusi masyarakat ini juga sering dikenal dengan nama Darwinisme Sosial.
Melalui teori evolusi dan pandangan liberalnya itu, Spencer sangat poluler di kalangan para penguasa yang menentang reformasi. Spencer setuju terhadap doktrin “laissez-faire” (pasar bebas) dengan mengatakan bahwa negara tak harus mencampuri persoalan individual kecuali fungsi pasif melindungi rakyat. Ia ingin kehidupan sosial berkembang bebas tanpa kontrol eksternal. Spencer menganggap bahwa masyarakat itu alamiah, dan ketidakadilan serta kemiskinan itu juga alamiah, karena itu kesejahteraan sosial dianggap percuma. Meski pandangan itu banyak ditentang, namun Darwinisme Sosial sampai sekarang masih terus hidup dalam tulisan-tulisan populer.
Dalam teori evolusi Spencer, ia mengidentifikasi bahwa masyarakat itu berevolusi melalui dua tahapan: pertama, “masyarakat militan”. Yakni perkembangan masyarakat secara gradual dan dijelaskan sebagai masyarakat yang terstruktur guna melakukan perang, baik yang bersifat defensif maupun ofensif.

Selasa, 12 April 2011

DOSENOPHOBIA

Mari mengenal spesies yang memberikan kontribusi dalam mewarnai peradaban manusia. Spesies ini memiliki nama ilmiah Nu Ngajar Mahasiswa seringkali populer disebut dosen. Spesies yang satu ini memiliki kemampuan adaftasi yang tangguh dengan segala situasi chaos di tengah tumpukan ide dan gagasan mahasiswa, mampu melerai setiap baku hantam diskusi dengan kekuatan retorika intelektual yang mengagumkan. Tak hanya itu spesies ini memiliki perisai yang tahan terhadap suhu panas kritis mahasiswa, yaitu perisai apologi (apology shield). Jika dirinya merasa terganggu dan terancam tak segan mengeluarkan senjata yang mampu melumpuhkan lawannya dalam sekejap bak gurita yang menyemprotkan cairan hitam ketika terancam. Prototipe senjata ini masuk kategori 'bahaya' jika dikeluarkan sebab tak hanya mampu melumpuhkan secara fisik melainkan psikis lawan, ini prototipe terbaru setelah senjata biologis. Senjata ini mengeluarkan semacam cairan dengan kadar dosis tersendiri, dari dosis terbagus hingga terburuk.

handapeunpost