Senin, 09 April 2012

Tan Malaka : Islam Dalam Tinjauan Madilog


Kata Pembuka
Telah lebih dari setahun lamanya kopi ini tesimpan dalam almari, karena terhalang oleh kesukaran kertas, apalagi mengingat tebalnya lebih kurang 200 halaman dari kertas ukuran besar serta ditek dengan mesin tulis Hermes baby, dan kalau dijadikan buku menurut ukuran yang sekarang ini, mungkin mencapai 500 halaman, sedang niat hendak menerbitkan sekaligus.
Nasehat tuan HAJI ILJAS JACOB-lah yang membuka perhatian untuk menerbitkan dengan jalan beransur-ansur ini.
MADILOG, berasal dan melalui jembatan keledai, yaitu MA terialisme, DI alektika, LOG-ika !
"Saya tidak menyangka akan sampai begitu dalam dan luas pengetahuan TAN MALAKA, sehingga saya sebagai Jurist dipimpinnya pula ke lapangan filsafat hukum, lebih berisi dan lanjut dari pada yang saya pelajari di sekolah hakim", demikian ucapnya seorang Akademisi yang jujur setelah membaca kopi Madilog !
Penerbitan ini akan diusahakan supaya tiap tanggal 2 dan 17 setiap bulan buku setebal ini akan mengunjungi pembacanya. Moga-moga kami dapat memenuhi niat yang suci ini.
P E N E R B I T
Bukit Tinggi 17 Juli 1948

I s l a m
Sumber yang saya peroleh buat Agama Islam, inilah yang hidup. Seperti saya sudah lintaskan lebih dahulu dalam buku ini, saya lahir dalam keluarga Islam yang taat. Pada ketika sejarahnya Islam buat bangsa Indonesia masih boleh dikatakan pagi, diantara keluarga tadi sudah lahir seorang Alim Ulama, yang sampai sekarang dianggap keramat! Ibu Bapa saya keduanya taat dan orang takut kepada Allah dan jalankan sabda Nabi.
Saya saksikan ibu saya sakit menentang malaikat maut menyebut "Djuz Yasin" berkali-kali dan sebagian besar dari AL-Qur’an, diluar kepala. Orang kabarkan bapak saya didapati pingsan setelah badannya dalam air. Dia mau menjawat air sembahyang, sedang menjalankan terikat, setelah bangun sadar, dia bilang dia berjumpa dengan saya yang pada waktu itu di negeri Belanda. Masih kecil sekali saya sudah bisa tafsirkan Al-Qur’an, dan dijadikan guru muda. Sang Ibu menceritakan Adam dan Hawa dan Nabi Yusuf. Tiada acap diceritakannya pemuka, piatu Muhammad bin Abdullah, entah karena apa, mata saya terus basah mendengarnya. Bahasa Arab terus sampai sekarang saya anggap sempurna, kaya, merdu jitu dan mulia.
Pengaruhnya pada bahasa Indonesia pada zaman lampau bukan sedikit. Cangkokan bahasa Arab pada bahasa Indonesia baik diteruskan, karena lebih cocok pada lidah kita, asal betul-betul mengadakan pengertian baru, yang tiada terbentuk pada kata Indonesia umum atau lokal, seperti perkataan akal, fikir dsb. Saya sendiri tiada sempat meneruskan pelajaran bahasa Arab yang saya pelajari berpuluh tahun yang silam dengan cara surau yang sederhana itu tentulah sekarang sudah melayang sama sekali. Tetapi semua perhubungan dengan Islam dan Arab dahulu di Eropa, pasti mengambil perhatian saya. Dengan mengikat pinggang lebih erat, saya ketika di Negeri Belanda membeli sejarah dunia berjilid-jilid salinan bahasa Jerman ke Belanda, karena di dalamnya ada sejarah Islam dan Arab dituliskan degan lebih sempurna dari yang sudah-sudah.

Kamis, 05 April 2012

METODE SEJARAH IBNU KHALDUN: SUATU PRAGMEN MUKADDIMAH IBNU KHALDUN

PENDAHULUAN
Dari sekian banyak pemikir muslim nampaknya Ibnu Khaldun menjadi pelopor bagi perkembangan ilmu sejarah baik dari segi metode ataupun kritiknya terhadap karya-karya sejarah sebelumnya. Sejarah sebagai suatu disiplin ilmu menjadi nampak berkembang berkat jasa Ibnu Khaldun. Hal tersebut berimplikasi khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan keislaman dan juga umumnya merupakan sumbangsih keilmuan secara luas. Karena diakui atau tidak karya-karya Ibnu Khaldun dijadikan rujukan oleh para ilmuan barat (orientalis). Semisal sejarawan Arnold Toynbee, yang menyatakan bahwa “Ibnu Khaldun, dalam Muqaddimah yang menguraikan tentang sejarah umum, telah menciptakan dan menyusun filsafat sejarah yang tidak syak lagi merupakan hasil karya terbesar dalam ilmu yang pernah diciptakan oleh otak manusia dalam ruang dan waktu manapun”[1].
Asumsi yang melekang kuat dalam benak masyarakat muslim selama berabad-abad adalah selepas runtuhnya Baghdad karena serangan bangsa Mongol, peradaban Islam menjadi mundur dan hancur. Peradaban Islam, baik di Timur maupun Barat, bergerak turun menuju titik nadir. Cerita kegemilangan dan optimisme sarjana raksasa Islam Klasik menguap. Berganti menjadi pesimisme dan glorifikasi atas tradisi dan warisan masa silam. Inovasi adalah sebuah kelangkaan. Sementara ketundukan dan kepasrahan adalah sikap yang dominan.
Banyak sejarawan sepakat dengan asumsi di atas. Bagi mereka, pasca keruntuhan Baghdad, peradaban Islam telah bangkrut dan gulung tikar. Yang tampil ke permukaan adalah sekadar pengulangan; tanpa berhasil menjelitkan nuansa baru. Budaya komentar (syarh), penjelasan (hasyiyah), ringkasan (talkhis) dan membuat syair (nudhum) adalah lebih dari sekadar bukti untuk meneguhkan tesis kemunduran dan kebangkrutan peradaban Islam.

Selasa, 03 April 2012

Gadis Penjual Koreka Api

Pada zaman dahulu kala, kira-kira akhir abad ke duapuluh, di sebuah negeri di eropa timur hiduplah seorang gadis penjual korek api. Gadis itu sedang mencari uang untuk mengobati ibunya yang sakit-sakitan. Berhari-hari dia mengumpulkan uang, tapi uang tak pernah cukup untuk rumah sakit. Tidak ada yang pernah cukup bagi orang miskin, bahkan untuk memberi ibunya sekerat roti pun kesusahan.
Terus dan terus, berbulan-bulan dia bekerja. Dan bekerja. Dan bekerja. Dan bekerja. Dan bekerja. Dan bekerja. Dan bekerja lebih banyak dari tulisan bekerja yang ada di karangan ini. Hingga hadir bulan Desember. Salju turun, anak-anak begitu gembira. White Cristmast kata orang-orang.

APRIL MOP BISA BIKIN MAKAR!!!!!!

Ketika penjilat lebih hebat dalam soal mempengaruhi kebijakan , demi suatu kepentingan untuk menutupi keboborokan dengan kedok kebaikan ekonomi kedodoran, rakyat miskin menjadi sebuah komoditas seonggok manusia dengan otak rendahan yang langsung puas disuapi uang bantuan, bantuan yang tak lebih dari ajang memamerkan ketidakbecusan
Berkacalah pada kekuatan Sembilan delapan saat kebohongan sudah kehilangan kemampuan meninabobokan intelektual, perlahan rasa lapar kesal menjadisangat radikal mahal tak terba
yar chaos bergelegar sekalipun kalian para penjilat mengintrusikn serdaru mengokang senapan didepan tenggorakan.
Suara-suara yang berkobar tak pernah menjadi suatu misbah yang kalah lalu menengadah untuk pulang dengan pelan langkah, maka barang siapa yang berani pekikan revolusi ditengah kerumunan merekalah yang akan bersalah dan dihadiahi hantaman mentah. April mop jadi lelucon yang bakal monoton, ketika kalian permainkan penonton yang cemas mengharapkan hidup dengan gugup.


MAPATI

handapeunpost